Menguatkan Moderasi Beragama Melalui Perpustakaan: Kolaborasi Inspiratif Dosen dan Mahasiswa Prodi IPII di SDN 08 Ujan Mas

Menguatkan Moderasi Beragama Melalui Perpustakaan: Kolaborasi Inspiratif Dosen dan Mahasiswa Prodi IPII di SDN 08 Ujan Mas

HMS IAIN Crp, Desa Suro Bali – Membangun toleransi di tengah keberagaman sejak usia dini menjadi perhatian penting dalam dunia pendidikan. Hal ini diwujudkan melalui program pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam (Prodi IPII) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Curup di SDN 08 Ujan Mas. Program yang berlangsung dari Juli hingga November ini memanfaatkan perpustakaan sekolah sebagai pusat penguatan nilai-nilai moderasi beragama.

Indonesia adalah negeri dengan keberagaman yang luar biasa. Tantangan utama dari keberagaman ini adalah bagaimana menciptakan harmoni di tengah masyarakat yang multikultural dan multiagama. Dalam konteks pendidikan, penting untuk menanamkan nilai-nilai moderasi beragama sejak dini guna menciptakan generasi yang toleran, terbuka, dan saling menghormati.

Berangkat dari keprihatinan terhadap pentingnya moderasi beragama, dosen dan mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam (Prodi IPII) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Curup merancang dan melaksanakan program pengabdian masyarakat di SDN 08 Ujan Mas, Desa Suro Bali. Program yang berlangsung dari bulan Juli hingga November ini berfokus pada pemberdayaan perpustakaan sebagai pusat penguatan nilai-nilai moderasi beragama kepada siswa sejak dini.

Keberagaman di SDN 08 Ujan Mas: Tantangan dan Potensi

SDN 08 Ujan Mas merupakan sekolah yang mencerminkan keberagaman Indonesia. Para siswa berasal dari berbagai latar belakang agama dan etnis. Selain mayoritas siswa yang beragama Islam, terdapat pula siswa beragama Hindu dan Buddha. Hal ini menjadi potensi sekaligus tantangan dalam mendidik mereka untuk saling menghormati dan hidup rukun di tengah perbedaan.

Kepala sekolah, Bapak Nurul Hidayat, M.Pd, mengapresiasi langkah kolaboratif antara dosen dan mahasiswa Prodi IPII. “Kami sangat bersyukur atas perhatian dan program ini. Sekolah kami memiliki keberagaman yang luar biasa, dan kami ingin anak-anak belajar bahwa perbedaan adalah kekuatan, bukan penghalang. Program ini sangat relevan dengan kebutuhan kami,” tuturnya.

Konsep Program: Perpustakaan sebagai Pusat Moderasi Beragama

Dalam program ini, perpustakaan sekolah dipilih sebagai pusat kegiatan. Perpustakaan bukan hanya tempat untuk membaca buku, tetapi juga wadah untuk memperkuat karakter siswa melalui literasi berbasis nilai-nilai moderasi beragama. Program ini bertujuan untuk:

  1. Meningkatkan peran perpustakaan dalam mendukung pembelajaran yang inklusif dan toleran.

  2. Menyediakan koleksi buku yang relevan dengan tema moderasi beragama.

  3. Menanamkan kesadaran akan pentingnya menghargai keberagaman sejak dini.

Tahapan Program: Dari Perencanaan hingga Pelaksanaan

  1. Pendataan dan Penataan Koleksi Perpustakaan

Tahap pertama program ini adalah mendata dan menata ulang koleksi perpustakaan. Buku-buku yang mengangkat tema toleransi, keberagaman budaya, dan etika hidup bermasyarakat diprioritaskan. Koleksi ini diharapkan dapat memperkaya wawasan siswa tentang pentingnya hidup rukun di tengah perbedaan.

“Perpustakaan kami sebelumnya hanya memiliki buku-buku pelajaran. Dengan adanya tambahan koleksi buku bermuatan moderasi, siswa kini memiliki lebih banyak pilihan bacaan yang mendidik,” kata salah satu guru di SDN 08 Ujan Mas.

  1. Gerakan Cinta Perpustakaan dan Cinta Buku

Untuk menarik minat siswa terhadap perpustakaan, dosen dan mahasiswa Prodi IPII mengadakan gerakan cinta perpustakaan dan cinta buku. Kegiatan ini melibatkan lomba membaca, pelatihan merawat buku, dan sesi berbagi cerita.

Siswa sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Mereka tidak hanya belajar mencintai buku, tetapi juga memahami pentingnya menjaga dan merawat koleksi perpustakaan. “Saya jadi suka membaca buku cerita di perpustakaan karena isinya seru dan mengajarkan kita untuk saling menghormati,” ujar seorang siswa kelas IV.

  1. Permainan Edukatif Bertema Moderasi Beragama

Permainan edukatif dirancang khusus untuk mengajarkan nilai-nilai moderasi beragama. Misalnya, dalam permainan “Rantai Toleransi,” siswa diajak bekerja sama untuk menyelesaikan misi sambil memahami pentingnya menghormati perbedaan.

Permainan ini tidak hanya memberikan hiburan, tetapi juga mengajarkan siswa tentang pentingnya toleransi, kerja sama, dan saling menghormati dalam kehidupan sehari-hari.

  1. Nonton Bareng (Nobar) Film Bertema Moderasi

Salah satu kegiatan yang paling diminati siswa adalah pemutaran film edukatif bertema moderasi beragama. Film-film yang diputar mengandung pesan-pesan tentang pentingnya menghargai keberagaman, hidup berdampingan secara damai, dan menyelesaikan konflik tanpa kekerasan.

Setelah pemutaran film, diadakan sesi diskusi yang dipandu oleh dosen dan mahasiswa. Siswa diajak mengungkapkan pendapat mereka tentang pesan dalam film, yang kemudian dihubungkan dengan pengalaman sehari-hari mereka.

Kolaborasi yang Menginspirasi: Peran Dosen dan Mahasiswa

Program ini tidak hanya berdampak pada siswa, tetapi juga memberikan pengalaman berharga bagi mahasiswa Prodi IPII yang terlibat. Mahasiswa diajak terjun langsung dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan.

“Saya belajar banyak dari program ini, terutama tentang pentingnya perpustakaan sebagai alat untuk membangun toleransi. Ini adalah pengalaman yang sangat berharga bagi saya sebagai calon pustakawan,” ujar salah satu mahasiswa yang terlibat.

Bagi dosen, program ini merupakan wujud nyata dari komitmen pengabdian kepada masyarakat. “Sebagai akademisi, tugas kami bukan hanya mengajar di kelas, tetapi juga membawa ilmu ke masyarakat. Program ini adalah langkah kecil untuk menciptakan perubahan besar di masa depan,” ujar Rhoni Rodin salah satu dosen Prodi IPII sekaligus sebagai ketua dosen pengabdi.

Menguatkan Moderasi Beragama Melalui Perpustakaan

Program dimulai dengan pendataan dan penataan koleksi perpustakaan. Buku-buku yang memuat nilai-nilai toleransi, kebersamaan, dan keberagaman budaya diprioritaskan untuk mendukung pembelajaran siswa. Kepala SDN 08 Ujan Mas, Bapak Nurul Hidayat, M.Pd, menyampaikan bahwa keberagaman siswa di sekolah ini merupakan kekuatan. “Siswa kami berasal dari berbagai latar belakang, termasuk agama Islam, Hindu, dan Buddha. Program ini sangat relevan untuk mengajarkan mereka hidup rukun di tengah perbedaan,” ujarnya.

Selain itu, gerakan cinta perpustakaan dan cinta buku diadakan untuk menumbuhkan minat baca dan menjadikan perpustakaan sebagai ruang belajar yang menyenangkan. Siswa diajak mengikuti berbagai kegiatan seperti lomba membaca, sesi berbagi cerita, dan pelatihan merawat buku.

Kreativitas untuk Menanamkan Nilai-Nilai Moderasi

Dosen Prodi IPII juga menggunakan pendekatan kreatif melalui permainan edukatif yang dirancang untuk mengajarkan nilai-nilai moderasi beragama. Permainan ini memperkenalkan konsep toleransi, kerja sama, dan menghormati perbedaan dengan cara yang interaktif dan menyenangkan.

Selain itu, pemutaran film (nobar) bertema moderasi beragama menjadi salah satu kegiatan yang paling dinanti oleh siswa. Film-film tersebut menyampaikan pesan tentang pentingnya saling menghormati dan hidup dalam harmoni, yang kemudian dibahas dalam sesi diskusi.

Antusiasme siswa terhadap kegiatan ini sangat tinggi. Mereka berpartisipasi dengan semangat, baik dalam permainan, diskusi, maupun kegiatan literasi lainnya. “Kegiatan ini sangat seru. Saya jadi tahu pentingnya menghormati teman yang berbeda agama dan budaya,” kata seorang siswa kelas V.

Membangun Generasi Toleran Sejak Dini

Program ini memberikan dampak signifikan dalam membentuk karakter siswa. Perpustakaan tidak lagi sekadar tempat membaca, tetapi menjadi pusat pembelajaran nilai-nilai moderasi beragama. “Kami berharap, kegiatan ini tidak hanya menambah wawasan literasi, tetapi juga membentuk sikap siswa yang lebih toleran dan menghargai keberagaman,” kata Bapak Nurul.

Antusiasme Siswa: Bukti Keberhasilan Program

Selama pelaksanaan program, siswa menunjukkan antusiasme yang luar biasa. Mereka aktif berpartisipasi dalam setiap kegiatan, baik itu permainan, lomba, maupun diskusi.

“Saya suka nonton filmnya karena ceritanya mengajarkan kita untuk saling membantu dan tidak membedakan teman,” kata seorang siswa kelas V.

Guru-guru di SDN 08 Ujan Mas juga mengapresiasi dampak program ini terhadap siswa. “Kami melihat perubahan positif pada siswa. Mereka menjadi lebih terbuka dan saling menghormati. Ini adalah hasil dari program yang luar biasa,” ungkap salah satu guru.

Harapan dan Masa Depan Program

Program pemberdayaan perpustakaan ini diharapkan dapat memberikan dampak jangka panjang dalam membentuk karakter siswa. Dengan menjadikan perpustakaan sebagai pusat pembelajaran nilai-nilai moderasi, siswa tidak hanya mendapatkan ilmu, tetapi juga fondasi untuk menjadi individu yang toleran dan menghargai keberagaman.

“Kami berharap program ini bisa dilanjutkan dan diterapkan di sekolah-sekolah lain. Perpustakaan adalah tempat yang ideal untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan moderasi beragama,” kata Bapak Nurul Hidayat.

Dosen dan mahasiswa Prodi IPII juga berharap program ini dapat menjadi inspirasi bagi perguruan tinggi lain untuk berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan damai.

Dengan dukungan penuh dari pihak sekolah dan antusiasme siswa, program ini menjadi bukti bahwa keberagaman dapat dikelola menjadi kekuatan untuk menciptakan harmoni. Keberhasilan program ini juga diharapkan menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain untuk memanfaatkan perpustakaan sebagai media pembelajaran nilai-nilai kebangsaan dan moderasi beragama.

Langkah dosen Prodi IPII ini menunjukkan bahwa pendidikan berbasis literasi mampu menjadi fondasi yang kokoh bagi terciptanya masyarakat yang toleran dan damai. Dengan program yang berkelanjutan, SDN 08 Ujan Mas dapat menjadi contoh bagaimana perpustakaan sekolah dapat berperan penting dalam membangun generasi masa depan yang berkarakter dan menghargai keberagaman.

Kesimpulan: Keberagaman sebagai Kekuatan

Kegiatan pengabdian ini menunjukkan bahwa keberagaman bukanlah hambatan, melainkan kekuatan yang dapat digunakan untuk menciptakan harmoni. Dengan memanfaatkan perpustakaan sebagai pusat pembelajaran, dosen dan mahasiswa Prodi IPII telah memberikan contoh nyata bagaimana pendidikan dapat menjadi alat untuk membangun generasi yang menghargai perbedaan.

Semoga langkah kecil ini menjadi awal dari perubahan besar dalam menciptakan masyarakat Indonesia yang lebih toleran, damai, dan bersatu di tengah keberagamannya.