EMBUN PAGI : CIRI-CIRI ORANG YANG MERUGI

EMBUN PAGI : CIRI-CIRI ORANG YANG MERUGI

Prof. Budi Kisworo, M.Ag

Guru Besar IAIN Curup

Menurut Khalifah Ali bin Abi Thalib dalam kitab Nahjul Balaghah, bahwa ciri-ciri orang yang merugi adalah:

Mereka yang selalu mengulur-ulur waktu untuk bertaubat karena sifat rakusnya yang sangat berlebihan kepada kehidupan dunia.

Bila mendapat sebagian, mereka tidak merasa kenyang atau puas.
Mereka tidak pandai mensyukuri apa yang dikurniakan Allah SWT kepadanya.
Bahkan mereka selalu menghendaki tambahan dari apa yang sudah tersisa di tangannya.

Mereka melarang orang lain melakukan dosa, tetapi mereka sendiri tidak berhenti melakukan dosa itu.
Mereka menyuruh orang lain berbuat kebaikan, tetapi mereka sendiri tidak mau mengerjakannya.

Mereka, katanya, mencintai orang-orang saleh, tetapi tidak mau meniru amal perbuatan orang saleh itu.
Dan mereka, katanya, membenci orang-orang yang berbuat maksiat, tetapi mereka sendiri adalah bagian dari pelaku masiat.

Mereka takut mati disebabkan banyak dosa-dosanya yang diperbuat, tetapi mereka tidak menahan diri dari berbuat dosa untuk menghadapi kematian.

Bila jatuh sakit, mereka menyesali dirinya, tetapi bila telah kembali sehat, mereka merasa aman berbuat apa saja.

Mereka berbangga hati memperoleh afiat atau kesehatan, tetapi mereka berputus asa bila mendapat cobaan.

Bila ditimpa musibah, mereka terpaksa berdoa kepada Allah SWT. Tetapi bila mendapat nikmat, mereka berpaling dengan angkuhnya.

Nafsunya mengalahkan dirinya dalam hal-hal yang masih diragukan (duniawi). Tetapi mereka tak mampu mengalahkan nafsunya dalam hal-hal yang telah diyakini (ukhrawi).

Mereka yakin bahwa hidup sederhana akan mendatangkan kebahagiaan, dan perbuatan baik akan menyebabkan kemuliaan, tetapi mereka tak mampu melaksanakannya.
Sebaliknya, mereka tidak sanggup menolak dorongan nafsunya bila melihat kesenangan yang mereka sendiri meragukan keuntungannya.

Mereka merisaukan dosa orang lain meskipun lebih kecil dari dosa mereka sendiri; dan berharap bagi dirinya pahala yang lebih besar dari pada nilai perbuatannya sendiri.

Bila merasa cukup kaya, segera mereka berbesar hati dan merasa sombong. Akan tetapi, bila jatuh miskin segera berputus asa dan merasa hina.

Bermalas-malasan mengerjakan kebaikan, tetapi merengek melampaui batas bila memohon sesuatu.

Bila tergoda oleh sesuatu yang membangkitkan syahwat nafsunya, mereka segera mendahulukan maksiat dan mengundurkan taubat.
Dan bila bencana menimpanya, hampir-hampir mereka keluar dari semua ikatan agamanya.

Sangat pandai memperingatkan orang lain dari perbuatan buruk, tetapi mereka sendiri tidak meninggalkannya.

Berlebih-lebihan dalam menasehati orang lain dalam hal kebaikan, tetapi mereka sendiri tidak mengerjakannya.

Amat banyak ucapannya, namun sedikit sekali amal baiknya.

Bersaing memperebutkan sesuatu yang sementara (duniawi), tetapi sangat mudah melepaskan sesuatu yang abadi (ukhrawi).

Yang benar-benar menguntungkan yaitu kehidupan akherat justru dianggap memberatkan, tetapi yang sesungguhnya merugikan yakni kesenangan duniawi dianggapnya menguntungkan.

Mereka takut mati, tetapi tidak mau menggunakan waktu yang tinggal sedikit.

Mereka lebih suka bersenang-senang bersama orang kaya dari pada berzikir bersama-sama orang miskin.

Selalu memenangkan dirinya di atas orang lain, tetapi tidak pernah mengalahkan dirinya demi kepentingan orang lain.

Mereka membimbing orang lain, tetapi menyesatkan diri mereka sendiri. Maka, merekapun ditaati orang banyak, tetapi mereka sendiri selalu menentang Tuhannya.

Mengambil haknya sendiri sepenuhnya, tetapi mereka tidak memenuhi kewajibannya.

Takut kepada makhluk, tetapi tidak menghiraukan Tuhannya.
Tak segan melawan Tuhannya dengan mengganggu makhluk-Nya.

Itulah tanda-tanda orang-orang yang bakal merugi, dan mereka seperti itu tidak boleh kita jadikan teman, apalagi pemimpin. Jangan…!!!

Na’udzubillahi min dzalik…