Oleh: Rhoni Rodin, S.Pd.I., M.Hum*
Pendahuluan
Konsep moderasi beragama mencerminkan nilai-nilai universal dan prinsip-prinsip etis yang ditemukan dalam berbagai ajaran agama. Ini juga menghargai pentingnya keseimbangan antara dimensi rohaniah dan dunia materi, serta mengakui bahwa perbedaan dalam keyakinan adalah keniscayaan dalam masyarakat yang beragam.
Dalam praktiknya, moderasi beragama mengajarkan umat beragama untuk menjalani ajaran agama dengan cara yang membawa manfaat dan kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain. Hal ini mencakup penghormatan terhadap hak asasi manusia, menghindari sikap eksklusif, dan berkontribusi pada perdamaian dan harmoni dalam masyarakat.
Moderasi beragama merupakan prinsip yang penting dalam mewujudkan masyarakat yang inklusif, beragam, dan bermartabat. Dalam konteks global yang semakin terkoneksi, nilai-nilai moderasi beragama menjadi lebih relevan dalam membangun hubungan yang positif dan mempromosikan perdamaian di antara umat manusia.
Salah satu leading sector yang menggerakkan moderasi beragama adalah Kementerian Agama Republik Indonesia. Kementerian Agama Republik Indonesia memiliki peran penting dalam mempromosikan dan menerapkan moderasi beragama di negara tersebut. Program strategis yang dilaksanakan oleh Kementerian Agama mengarah pada upaya membangun masyarakat yang toleran, damai, dan menghormati perbedaan agama dan budaya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, ada beberapa contoh program strategis yang mencerminkan moderasi beragama di Indonesia, misalnya Pendidikan Keagamaan Moderat. Dalam hal ini Kementerian Agama berperan dalam mengembangkan kurikulum pendidikan keagamaan yang mengajarkan nilai-nilai moderasi, toleransi, dan keadilan. Tujuannya adalah mencetak generasi muda yang memiliki pemahaman agama yang seimbang dan menghargai perbedaan.
Selanjutnya program strategis yang dilakukan oleh Kementerian Agama RI adalah promosi kerukunan antarumat beragama. Hal tersebut dilakukan melalui program-program interfaith dan interkultural, Kementerian Agama mendorong dialog dan kerjasama antarumat beragama. Ini menciptakan platform untuk memahami lebih dalam tentang keyakinan dan budaya satu sama lain.
Selanjutnya adalah Pelatihan Kader Keagamaan Moderat. Kementerian Agama memberikan pelatihan kepada para kader keagamaan, termasuk imam dan pengajar agama, untuk membantu mereka menyampaikan pesan moderasi, toleransi, dan perdamaian kepada masyarakat;
Kementerian Agama juga melakukan pembinaan terhadap umat Islam agar menghindari praktik-praktik ekstremisme dan fanatisme. Ini melibatkan pendekatan dakwah dan pendidikan yang seimbang, serta program-program yang mendukung pemberdayaan perempuan dan anak juga menjadi bagian dari strategi moderasi beragama. Ini termasuk mengedukasi tentang hak-hak mereka dan mencegah praktik-praktik yang merugikan.
Program strategis penting lainnya adalah Penguatan Lembaga Keagamaan Moderat. Kementerian Agama mendukung dan memperkuat lembaga-lembaga keagamaan yang menganut prinsip moderasi. Ini mencakup dukungan untuk pesantren, madrasah, masjid, dan lembaga pendidikan agama lainnya.
Kemudian, yang terpenting adalah Kampanye Anti-Radikalisasi. Kementerian Agama juga aktif dalam kampanye anti-radikalisasi untuk mencegah masyarakat terlibat dalam ekstremisme dan terorisme yang dapat merusak citra agama dan negara.
Semua program ini berkontribusi untuk menciptakan masyarakat yang beragam secara budaya dan agama, tetapi hidup dalam harmoni dan penghormatan. Moderasi beragama adalah pondasi untuk perdamaian dan keadilan sosial di Indonesia, dan Kementerian Agama memainkan peran penting dalam mendorong implementasinya.
Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) menekankan moderasi beragama karena pemahaman dan penerapan moderasi beragama memiliki dampak positif yang signifikan dalam konteks sosial, budaya, dan keamanan negara. Salah satu alasan mengapa Kementerian Agama lebih menekan moderasi beragama adalah untuk Menghindari Konflik Agama. Indonesia merupakan negara dengan keragaman agama dan budaya yang besar. Menekankan moderasi beragama membantu mencegah konflik agama dan bentrokan antarumat beragama. Pemahaman dan toleransi terhadap perbedaan agama menjadi kunci dalam menjaga harmoni dan kerukunan.
Terdapat beberapa alasan kenapa moderasi beragama ini harus ditegakkan, tetapi dalam keseluruhan, Kementerian Agama RI lebih menekankan moderasi beragama untuk menciptakan masyarakat yang bermoral, harmonis, dan beradab. Moderasi beragama adalah landasan bagi pembangunan negara yang inklusif, damai, dan sejahtera.
Kenapa Harus Moderat dalam Beragama?
Bermoderasi dalam beragama memiliki beberapa alasan penting yang dapat memberikan manfaat bagi individu, masyarakat, dan lingkungan secara keseluruhan. Beberapa alasan mengapa moderasi dalam beragama sangat dihargai adalah: 1) Menghindari Ekstremisme. Pendekatan moderat membantu mencegah dan mengurangi ekstremisme dalam praktik keagamaan. Ekstremisme dapat mengarah pada konflik, intoleransi, dan bahkan tindakan kekerasan yang merugikan masyarakat dan citra agama; 2) Kerukunan Sosial. Moderasi beragama mendorong kerukunan antarumat beragama dan kelompok sosial. Dengan menghargai perbedaan dan menjaga sikap toleran, masyarakat dapat hidup bersama dalam harmoni dan saling menghormati.
Selanjutnya, 3) Keseimbangan Kehidupan. Bermoderasi membantu menjaga keseimbangan antara aspek spiritual dan duniawi dalam kehidupan. Ini membantu seseorang untuk tidak terlalu terfokus pada aspek agama semata sehingga tetap menjalani tugas-tugas sehari-hari dengan baik; 4) Penghormatan Hak Asasi Manusia. Moderasi beragama melibatkan penghargaan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan beragama. Ini memungkinkan setiap individu untuk mengamalkan agama sesuai keyakinannya tanpa ada tekanan atau diskriminasi.
Kemudian, 5) Pembangunan Masyarakat. Praktik keagamaan yang moderat dapat mendukung pembangunan masyarakat yang inklusif dan beradab. Nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, dan kasih sayang yang terkandung dalam agama dapat berkontribusi positif dalam membentuk masyarakat yang lebih baik; 6) Citra Agama yang Positif. Moderasi membantu mempertahankan citra agama yang positif di mata masyarakat luas. Praktik-praktik ekstrem atau fanatisme dapat merusak citra agama dan memperkuat stereotip negatif.
Lebih lanjut berkaitan dengan 7) Penghargaan Terhadap Keanekaragaman. Bermoderasi dalam beragama mengajarkan penghargaan terhadap keanekaragaman budaya, agama, dan pandangan di dunia. Hal ini penting dalam masyarakat yang semakin global dan beragam; dan 8) Pencapaian Kesejahteraan Pribadi. Moderasi membantu individu meraih kesejahteraan psikologis dan spiritual. Ketika seseorang menjalani agama dengan keseimbangan dan ketenangan, hal ini dapat menghasilkan perasaan damai dan harmoni dalam diri sendiri.
Secara keseluruhan, bermoderasi dalam beragama memiliki dampak positif yang sangat besar pada individu, masyarakat, dan hubungan antarumat beragama. Ini membantu mencegah konflik, mempromosikan kerukunan, dan membangun dunia yang lebih harmonis.
Apa itu Moderasi Beragama ?
Moderasi beragama adalah pendekatan dalam beragama yang menekankan pada keseimbangan, toleransi, dan menghindari ekstremisme dalam praktik keagamaan. Konsep ini mengajarkan umat beragama untuk menjalani ajaran agama dengan penuh keseimbangan, menghormati perbedaan, dan mempromosikan kerukunan antarumat beragama serta kelompok sosial.
Beberapa prinsip yang terkait dengan moderasi beragama termasuk: 1) Keseimbangan. Moderasi beragama mendorong seseorang untuk menjaga keseimbangan dalam menjalani ajaran agama. Ini berarti menghindari praktik-praktik ekstrem yang dapat mengganggu harmoni sosial atau mengabaikan tanggung jawab dunia sehari-hari; 2) Toleransi. Moderasi beragama menghargai perbedaan keyakinan dan mengajarkan umat beragama untuk bersikap toleran terhadap agama dan kepercayaan yang berbeda. Ini mencakup penghormatan terhadap hak asasi manusia dan hak untuk beragama.
3) Kerukunan Antarumat Beragama. Konsep ini mempromosikan kerukunan antarumat beragama dan upaya bersama dalam membangun masyarakat yang beragam secara harmonis. Ini melibatkan berbagi nilai-nilai universal seperti kasih sayang, perdamaian, dan keadilan; 4) Pencegahan Ekstremisme. Moderasi beragama merupakan salah satu cara untuk mencegah munculnya ekstremisme dan radikalisme dalam konteks keagamaan. Dengan menjaga sikap keseimbangan dan toleransi, individu cenderung tidak terpengaruh oleh pandangan yang menyimpang.
Kemudian, 5) Pendekatan Kontekstual. Moderasi beragama menganjurkan pendekatan kontekstual dalam memahami ajaran agama. Ini berarti memahami ajaran dengan mempertimbangkan latar belakang sejarah, budaya, dan sosial, sehingga dapat diaplikasikan dengan bijak dalam situasi modern.
Moderasi beragama bukan hanya penting untuk kesejahteraan individu yang beragama, tetapi juga untuk stabilitas sosial dan perdamaian dalam masyarakat yang beragam. Konsep ini membantu mengatasi ketegangan dan konflik yang dapat timbul akibat perbedaan keagamaan dan mengarah pada pembentukan masyarakat yang lebih inklusif dan adil.
Moderasi Beragama Perspektif Islam
Dalam Islam, konsep moderasi beragama tercermin dalam berbagai ajaran, prinsip, dan teladan Nabi Muhammad SAW. Islam mengajarkan pentingnya menjalani agama dengan keseimbangan, menghindari ekstremisme, dan mendorong sikap toleransi serta penghargaan terhadap keanekaragaman. Berikut adalah beberapa cara bagaimana Islam memandang moderasi beragama, yang patut dipahami, direnungkan dan diimplementasikan oleh umat Islam dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
- Tengah-Tengah (Wasatiyyah): Konsep “Wasatiyyah” atau tengah-tengah adalah prinsip penting dalam Islam yang menekankan pentingnya menjalani ajaran agama dengan keseimbangan. Islam menghindarkan umatnya dari ekstremisme atau fanatisme dan mendorong mereka untuk mengambil jalan tengah dalam semua aspek kehidupan.
- Toleransi dan Keadilan: Islam mengajarkan toleransi terhadap perbedaan keyakinan dan mendorong umatnya untuk berperilaku adil terhadap semua orang, tanpa memandang agama, suku, atau status sosial. Nabi Muhammad SAW sendiri adalah teladan toleransi dan keadilan dalam berinteraksi dengan semua orang.
- Keseimbangan dalam Ibadah: Islam menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara ibadah kepada Allah dan tanggung jawab duniawi. Agama tidak seharusnya mengganggu kewajiban sehari-hari, melainkan seharusnya membantu mengarahkan kehidupan menuju jalan yang benar.
- Menghindari Ekstremisme dan Fanatisme: Islam mengecam praktik-praktik ekstrem dan fanatisme dalam agama. Nabi Muhammad SAW mendorong umatnya untuk menjauhi sikap-sikap yang berlebihan atau menyimpang dari ajaran yang benar.
- Kerukunan Antarumat Beragama: Islam mendorong hubungan yang baik antara umat Islam dengan umat beragama lainnya. Nabi Muhammad SAW menjalin hubungan dengan kelompok agama lain di Mekah dan Madinah dan memberikan perlindungan serta hak kepada mereka.
- Pendekatan Pendidikan dan Dakwah yang Lembut: Islam mengajarkan untuk menyebarkan ajaran dengan cara yang lembut dan penuh hikmah. Nabi Muhammad SAW sering kali menggunakan pendekatan yang baik hati dan persuasif dalam berdakwah.
- Menghargai Keanekaragaman Budaya: Islam mengajarkan umatnya untuk menghormati dan menghargai keanekaragaman budaya dan etnis. Semua manusia dianggap sama di hadapan Allah dan dihormati tanpa memandang latar belakang mereka.
Dalam keseluruhan, Islam memandang moderasi beragama sebagai landasan penting dalam menjalani ajaran agama. Konsep ini mencerminkan nilai-nilai keadilan, toleransi, dan keseimbangan yang merupakan inti ajaran Islam. Pemahaman yang benar terhadap moderasi beragama membantu menciptakan masyarakat yang adil, harmonis, dan bermoral.
Berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan di atas dapat dipahami bahwa terdapat perbedaan yang mendasar antara moderasi beragama dan moderasi agama. Moderasi yang dicanagkan oleh kementerian Agama RI adalah moderasi beragama, bukan memoderasi agamanya. Pemahaman seperti ini harus kita luruskan, sehingga nanti akan terdapat pemahaman yang sama bahwa yang diinginkan itu adalah moderasi beragama. Moderasi beragama adalah pendekatan yang menekankan keseimbangan, toleransi, dan penghormatan terhadap perbedaan dalam menjalani ajaran agama. Ini melibatkan menghindari ekstremisme, fanatisme, atau praktik-praktik agama yang menyimpang, serta mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan, perdamaian, dan keadilan dalam interaksi dengan sesama manusia, termasuk mereka yang memiliki keyakinan agama yang berbeda.
*) Penulis adalah Dosen IAIN Curup, Rejang Lebong, Bengkulu.